Sabtu, 17 Mei 2014

Perilaku Organisasi (Kepemimpinan)

Makalah Perilaku Organisasi
Kepemimpinan
Kelompok 3 :
1.   Puspita Linda Oktaviana                           (110221100008)
2.   Dwi Kurniasari                                          (110221100010)
3.   Lisa Ferdiana Sugianti                              (110221100028)






UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Emi Rahmawati, dosen mata kuliahPERILAKU ORGANISASI yang membimbing kami dalam penyusunan tugas makalah ini, sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kepada pembaca makalah ini untuk memberikan masukan, baik saran maupun kritikan yang membangun.
Demikian kata pengantar ini kami utarakan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

`                                   Bangkalan, 3 Mei 2013
Penulis









DAFTAR ISI
Kata Pengantar
1
Daftar Isi
2
       I.          Pendahuluan
3
     II.          Pokok Pembahasan
4
   III.          Pembahasan
4
3.1.PengertianPemimpindanKepemimpinan
4
3.2.FungsidanMetodeKepemimpinan
5
3.3.Tipe, Jenis, dan Gaya Kepemimpinan
6
3.4.Teori Kepemimpinan
11
3.5.KepemimpinanTransformasional
13
  IV.          Penutup
14
Daftar Pustaka
15









I.                Pendahuluan
Kepemimpinan di era globalisasiakanmenghadapituntutan yang semakinkompleks. Kondisidemikianmenuntutkapabilitasdanketerampilanpemimpindalammengelolaperubahan.Pemimpin era mendatangakanlebihbanyakmemilikikarakteristikantara lain: a) Tingkat persepsidanwawasan yang luarbiasaterhadaprealitadunia; b) Tingkat motivasi yang luarbiasa; c) Kekuatanemosional; d) Keterampilanbarudalammenganalisisasumsikultural, mengidentifikasiasumsifungsionaldandisfungsional; e) Kemauandankemampuanuntukmelibatkan orang lain sertamenarikpartisipasimereka; dan f) Kemauandankemampuanuntukmembagikekuasaansertakontrol. Olehkarenaitu, pemimpinpada era mendatangharusmenyadaribahwaperanannyaakanberubahsecaranyata. Hal tersebutmengakibatkanimplikasi: a) fleksibilitas; b) pengalaman yang luas; c) tanggungjawabseremonialatau spiritual menjadisuatufungsiyandiperlukan; dan d) pembuatankeputusantidakdapatdibuatsecaraefektifterpusat di puncakorganisasi. John W Work (2011: 139) mengasumsikanbahwapemimpinpada era mendatangharusbersediamenerimalimatantangan fundamental, yaitu:
1.     Pemimpinharusmaumenjadilebihpekadanmemahamisemuaperbedaanetnis, budaya, dan gender;
2.     Pemimpinharusmemilikivisiuntuktempatkerjanya;
3.     Pemimpinharusbersediamerancangdanmengimplementasikan proses-proses komunikasi yang barudanberbeda;
4.     Pemimpinharusbersediamembawakomitmenpenuhdalamupayamendayagunakanpengikut yang beragamsecaraefektif;
5.     Pemimpinharusmenjadipasakantaraorganisasidanmasyarakatluas.
Pimpinandankepemimpinan yang diembannyamemilikifungsistrategis yang menentukankinerjaorganisasi.Pemimpin yang melaksanakankepemimpinannyasecaraefektif, dapatmenggerakkan orang/personilkearahtujuan yang dicita-citakan, akanmenjadianutandanteladan. Sebaliknyapemimpin yang keberadaannyahanyasebagaifigurdantidakmemilikipengaruhsertakemampuankepemimpinan, akanmengakibatkankinerjaorganisasimenjadilambat, karenaiatidakmemilikikapabilitasdankecakapanuntukmenghasilkankinerjaterbaik.
II.              Pokok Pembahasan
Pokok bahasan yang akan dibahas antara lain:
1.     PengertianPemimpindanKepemimpinan.
2.     FungsidanMetodeKepemimpinan.
3.     Tipe, Jenis, dan Gaya Kepemimpinan.
4.     Teori Kepemimpinan
5.     KepemimpinanTransformasional.
III.            Pembahasan
1.     PengertianPemimpindanKepemimpinan
Konsep “pemimpin” berasaldari kata asing “leader”dan “kepemimpinan” dari “leadership”. Pemimpinadalah orang yang paling berorientasihasil di dunia, dankepastiandenganhasilinihanyapositifkalauseseorangmengetahuiapa yang diinginkannya. Kartono (2011:140) menyatakanpemimpinadalahseorangpribadi yang memilikisuperioritastertentu, sehinggadiamemilikikewibawaandankekuasaanuntukmenggerakkan orang lain melakukanusahabersamagunamencapaisasarantertentu.
Kepemimpinanatauleadership termasukkelompokilmuterapanatauapplied sciences dariilmu-ilmusosial, sebabprinsip-prinsipdanrumusan-rumusannyabermanfaatdalammeningkatkankesejahteraanmanusia.
Robbins (2011:140) dalambuku “Manajemen SDM” menyatakankepemimpnanadalahkemampuanuntukmempengaruhikelompokmenujupencapaiansasaran. Boone dan Kurtz (2011:140) mengemukakanbahwakepemimpinanadalahtindakanmemotivasi orang lain ataumenyebabkan orang lain melakukantugastertentudengantujuanuntukmencapaitujuanspesifik. SedangkanVeithzalRivai (2011:140) menyatakanKepemimpinanadalahperanandanjugasuatu proses untukmempengaruhi orang lain.
Berdasarkanpenjelasantentangdefinisikepemimpinan di atasdapatditarikbeberapakesimpulan, yaitubahwa:
1.     Kepemimpinanmeliputipenggunaanpengaruhdanbahwasemuahubungandapatmelibatkanpimpinan.
2.     Kepemimpinanmencakuppentingnya proses komunikasi. Kejelasandankeakuratandarikomunikasimempengaruhiperilakudankinerjapengikutnya.
3.     Kepemimpinanmemfokuskanpadatuuanyagdicapai. Pemimpin yang efektifharusberhubungandengantujuan-tujuanindividu, kelompok, danorganisasi.
2.     FungsidanMetodeKepemimpinan
Agar kelompok berjalan dengan efektif  seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama: (1) Fungsiyang berhubungan dengan tugas (task-related) atau pemecahan masalah, dan (2) Fungsi pemeliharaan kolompok (group-maintenance) atau sosial. Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaiaan, informasi dan pendapat. Fungsi kedua berhubungandengankepuasanemosi yang diperlukanuntukmengembangkandanmemeliharakelompok, masyarakatatauuntukkeberadaanorganisasi.
OrdweayTead (2011:150) mengemukakan 7 metodekepemimpinan yang telahmempengaruhitindakan-tindakansetiappemimpin yang sukses, yaitu:
1.     Memberiperintah.
2.     Memberikancelaandanpujian.
3.     Memupuktingkahlakupribadi yang benar.
4.     Pekaterhadap saran-saran.
5.     Memperkuat rasa kesatuankelompok.
6.     Mengembangkan rasa tanggungjawab di kalanganmasyarakat.
7.     Membuatkeputusan yang bernilaidantepatpadawaktunya.
3.     Tipe, Jenis, dan Gaya Kepemimpinan
G.R. Terry mengemukakantentangtipe-tipekepemimpinansebagaiberikut:
1.     Tipe Kepemimpinan Kharismatis
2.     Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
3.     Tipe Kepemimpinan Militeristik
4.     Tipe KepemimpinanOtokratis (Outhoritative, Dominator)
5.     Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
6.     Tipe Kepemimpinan Populistis
7.     Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
8.     Tipe Kepemimpinan Demokratis
Berbagaimacamjeniskepemimpinan:
1.     Kepemimpinan Tradisional
Kepemimpinan tradisional mencerminkan gaya kepemimpinan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kepatuhan dan loyalitas, mengedepankan kepentingan orang lain (masyarakat) serta nilai toleransi yang tinggi, serta memberikan contoh yang baik kepada yang dipimpinnya dengan mengutamakan nilai-nilai moral di dalam masyarakat serta memberikan perlindungan kepada masyarakatnya. Akan tetapi, tipe ini mencerminkan proses penguasaan. Terlepas dari hal ini tipe kepemimpinan ini lebih mengutamakan aspek moral karena aspek moral sangat menentukan berjayanya dan tidak berjayanya seorang pemimpin,  karena moral merupakan landasan dan kriteria utama dari masyarakat, maka tidak diragukan lagi bahwa proses kepemimpinan ini mendapat simpati dari masyarakatnya. Tipe pemimpin seperti ini harus rela mengorbankan harta bahkan jiwanya untuk kepentingan masyarakat. Tipe pemimpin harus bertindak sebijaksana mungkin dalam rangka mengayomi, menuntun, dan mensejahterakan seluruh masyarakatnya. Jika ada rakyatnya kesulitan, maka seorang pemimpin harus menolongnya. Selain itu pemimpin yang tidak mempunyai kualitas seperti ini dianggap sebagai pemimpin yang tak layak untuk memimpin.
Namun, dalam proses pemilihan pemimpin tradisional menggunakan prinsip pewarisan kepemimpinan yang didasarkan pada stratifikasi sosial tetapi bukan berarti bahwa semua keturunan bangsawan secara otomatis akan menjadi seorang pemimpin, akan tetapi orang yang mengetahui segala seluk beluk atau tata cara menjadi seorang pemimpin dan ketentuan-ketentuan dalam masyarakat, sehingga orang yang akan menjadi pemimpin memiliki proses belajar yang panjang. Proses pengangkatan pemimpin mengutamakan musyawarah dan mufakat. Konsep kepemimpinan yang seperti ini cukup ideal untuk diterapkan dalam sistem yang modern saat ini yang mengalami krisis moralitas yang hanya mengejar tingkat prestise dan status di masyarakat sebagai orang yang berkuasa.

2.     Kepemimpinan Kharismatik
Karakteristik yang khas dari tipe ini adalah daya tariknya yang memang mengikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya setiap pemimpin yang kharismatik adalah orang yang dikagumi oleh banyak pengikut dan munculnya tipe kharismatik bukan karena penampilan fisik, usia, kaya atau miskin, tetapi karena pada diri pemimpin tersebut memiliki kekuatan ajaib yang tidak mungkin dapat dijelaskan secara ilmiah.
Sedangkan ciri-ciri pemimpin yang kharismatik menurut Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut :
a.      Mempunyai daya tarik yang sangat besar.
b.     Pengikut tidak mampu menjelaskan mangapa mereka tertarik mengikuti dan mentaatinya.
c.      Pemimpin seolah-olah mempunyai kekuatan gaib (super natural power).
d.     Kharisma yang dimiliki tidak tergantung pada umur, kekayaan, dan ketampanan sipemimpin.
Seorang pemimpin yang berkharisma memiliki kekuatan yang besar, rasa percaya diri yang tinggi, serta pendirian yang kuat. Sebuah tujuan yang besar memotivasi pemimpin untuk berusaha mempengaruhi bawahannya. Seorang pemimipin yang tidak memiliki sifat-sifat diatas akan sangat sulit untuk mempengaruhi bawahanya.
Para pemimpin yang berkharisma sering menjaga perilakunnya didepan para bawahannya agar dirinya terkesan berkompeten dibidangnya. Seorang pemimpin yang berkharisma pandai dalam menyuarakan idiologinya yang berhubungan dengan tujuan organisasi, sehingga dapat menciptakan aspirasi bersama yang diakomodasikan terhadap bawahan. Pemimpin yang berkharismatik suka memberikan contoh –contoh perilaku yang baik agar ditiru oleh para bawahanya.
3.     Kepemimpinan Rasional
Yaitu kepemimpinan yang didapat melalui tata cara dan aturan rasional yang disusun untuk menyaring seorang pemimpin.  Masyarakat yang telah menyusun aturan rasional dalam menentukan seorang pemimpin biasanya tidak memandang seseorang berdasarkan keturunan atau karakternya.  Mereka menetapkan kriteria atau persyaratan, dan ditetapkan melalui musayawarah atau pemilihan.
Seorang pemimpin kharismatik bisa saja lahir dari tipe yang ketiga ini. Seseorang yang tidak begitu dikenal, namun karena terpilih dan mampu menunjukkan karakter dan kemampuan yang luarbiasa, ia bisa berubah menjadi pemimpin kharismatik.
Masyarakat modern tidak lagi memerlukan pemimpin yang  berkharisma atau dari keluarga  tertentu.  Yang diperlukan oleh masyarakat modern adalah kontrak dan kesepakatan.  Selagi seseorang mampu dan berjanji akan melaksanakan aturan dan kesepakatan-kesepatan yang telah disusun para pemilihnya, maka orang tersebut pun  diangkat menjadi pemimpin.
4.     Kepemimpinan Otoriter
Kata otoriter dapat diartikan sebagai tindakan menurut kemauan sendiri, setiap produk pemikiran dipandang benar, keras kepala, atau rasa “aku” yang penerimaannya pada khalayak bersifat dipaksakan. Ketika perilaku atau sikap itu ditampilkan oleh pimpinan, lahirlah yang disebut dengan kepemimpinan otokratik atau kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan otokratik bertolak dari anggapan bahwa pimpinanlah yang memiliki tanggung jawab poenuh terhadap organisasi. Pemimpin otokratik berasumsi bahwa maju-mundurnya organisasi hanya tergantung kepada dirinya. Dia bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib, dan tidak boleh dibantah. Sikapnya senantiasa mau menang sendiri, tertutup terhadap ide dari luar, dan hanya idenya yang dianggap akurat. Pimpinan otokratik memiliki ciri antara lain:
1)     Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pimpinan.
2)     Bawahan hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh memberikan ide-ide baru.
3)     Bekerja keras, disiplin tinggi, dan tidak kenal lelah.
4)     Menentukan kebijakan sendiri dan kalaupun bermusyawarah sifatnya hanya penawaran saja.
5)     Memiliki kepercayaan rendah terhadap bawahan dan kalaupun kepercayaan diberikan, di dalam dirinya penuh ketidakpercayaan.
6)     Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah.
7)     Korektif dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.
Kelebihan tipe kepemimpinan otoriter:
1)     Seorang pemimpin otoriter biasanya bersifat pekerja keras dan memiliki disiplin tinggi.
2)     Penentuan keputusan lebih cepat karena tidak menggunakan musyawarah atau diskusi.
Kekurangan tipe kepemimpinan otoriter:
1)     Bawahan tidak memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau ide-ide baru.
2)     Kurangnya komunikasi antara pimpinan dan bawahan.
3)     Bawahan kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
5.     Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja, dan dapat mengarahkan diri sendiri.
Gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan. Jerris menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis:
1)     Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2)     Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
3)     Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
6.     Kepemimpinan Terbaik-Tunggal (one-best leadership style)
Berdasarkan pada asumsi tentang sifat pengaruh. Dari sudut pandang gaya terbaik-tunggal, dikemukakan bahwa orientasi dan keahlian orang yang mempengaruhi menghasilkan perbedaan.

Macam-macamgayakepemimpinanmenurut House (Suwatno 2011:158) antara lain:
1.     KepemimpinanDirektif: membuatbawahantahuapa yang diharapkanpimpinan, dan member bimbingankhususbagaimanamenyelesaikantugas.
2.     Kepemimpinanyang Mendukung: bersifatramahdanmenunjukkankepedulianakankebutuhanbawahan.
3.     KepemimpinanPartisipatif: pemimpinberkonsultasidenganbawahandanmenggunakan saran merekasebelummengambilsuatukeputusan.
4.     KepemimpinanberorientasiPrestasi: menetapkantujuan yang menantangdanmengharapkanbawahanuntukberprestasipadatingkattertinggikemampuanmereka.

4.     Teori Kepemimpinan
A.    Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi
yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the greatma theory”
Dalam perkemabangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat–sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat–sifat itu antara lain: sifat fisik, mental, dan kepribadian.
B.    Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal :
Pertama yang disebut Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan, dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai. Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.
Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel. Sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
C.    Teori Kontingensi
Mulai berkembang th 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik). Pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:
a)     Substansinya adalah manusia bukan tugas.
b)     Kurang menekankan hirarki.
c)     Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok.
d)     Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma.
e)     Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama.
D.    Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar. Beberapa tokohnya, antara lain:
a)     Maslow
Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs, security needs, social needs, esteem needs, self actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan suatu keinginan untuk memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya agar timbul kepuasan.
b)     Douglas Mc Gregor (1906-1964)
Teori X dan teori Y
Teori X melihat karyawan dari segi pessimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerja dan mengektifkan penggunaan rewards& punishment untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Teori Y melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melakukan pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, dan mendorong kinerja.
E.    Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistik biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori Humanistik dengan para pelopor Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated organism”. Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu; (1) Kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya, (2) Organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan (3) Interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain.
5.     KepemimpinanTransformasional
Kepemimpinantransformasionaldibangundaridua kata, yaitukepemimpinan (leadership) dantransformasional (transformational).Pemimpintransformasionalsesungguhnyamerupakanagenperubahan, karenamemangeratkaitannyadengantransformasi yang terjadidalamsuatuorganisasi.Seorangpemimpintransformasionalmemilikivisi yang jelas, memilikigambaranholistiktentangbagaimanaorganisasidimasadepanketikasemuatujuandansasarannyatelahtercapai (Suwatno, 2011:159)
Bass danAvolio (2011) mengusulkanempatdimensidalamkadarkepemimpinanseseorangdengankonsep “4I”, yang artinya:
1.     Idealized influence: perilaku yang menghasilkan rasa hormatdan rasa percaadiridari orang-orang yang dipimpinnya.
2.     Inspirational motivation: perilaku yang senantiasamenyediakantantangandanmaknaataspekerjaan orang-orang yang dipimpin.
3.     Intellectual simulation: pemimpin yang mendemonstrasikantipekepemimpinansenantiasamenggali ide-ide barudansolusi yang kreatifdari orang-orang yang dipimpinnya.
4.     Individualized consideration: pemimpin yang selalumendengarkandenganpenuhperhatian, danmemberikanperhatiankhususkepadakebutuhanprestasi.
IV.            Penutup
Pemimpin yang berhasil di era globalisasiadalah yang mempunyaivisi, keberanian, sertakerendahanhatiuntukterusmenerusbelajardanmengasahkecakapandanemosinya.Kepemimpinanvisioner (visionary leadership) adalahkemampuanpemimpinuntukmencetuskan idea tau gagasansuatuvisiselanjutnyamelalui dialog yang kritisdengan unsure pimpinanlainnyamerumuskanmasadepanorganisasi yang dicita-citakan yang harusdicapaimelaluikomitmensemuaanggotaorganisasimelalui proses sosialisasi, transformasi, implementasigagasan-gagasan ideal olehpemimpinorganisasi. Setelahvisiteridentifikasidanditentukan, makapemimpinharusmampumemperagakanvisi agar diterimaolehanggotadandapatdilaksanakan.














DAFTAR PUSTAKA
Suwatno (2011), Manajemen SDM dalamOrganisasiPublikdanBisnis.
Bandung: ALFABETA
Hoiriyah, Nikmatul (2011), Kepemimpinan. Bangkalan
Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
(http://abudswit.blogspot.com/2012/01/tipe-kepemimpinan-kharismatik.html)
Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
Diakses pada tanggal 11 Mei 2013

Diakses pada tanggal 11 Mei 2013