


Kelompok
3 :
1.
Puspita Linda Oktaviana (110221100008)
2.
Dwi Kurniasari (110221100010)
3.
Lisa Ferdiana Sugianti (110221100028)
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Emi Rahmawati,
dosen mata kuliahPERILAKU
ORGANISASI yang membimbing
kami dalam
penyusunan tugas makalah ini, sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kepada pembaca makalah ini
untuk memberikan masukan, baik saran maupun kritikan yang membangun.
Demikian
kata pengantar ini kami utarakan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
` Bangkalan, 3
Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
|
1
|
Daftar Isi
|
2
|
I.
Pendahuluan
|
3
|
4
|
|
III.
Pembahasan
|
4
|
3.1.PengertianPemimpindanKepemimpinan
|
4
|
3.2.FungsidanMetodeKepemimpinan
|
5
|
3.3.Tipe, Jenis, dan
Gaya Kepemimpinan
|
6
|
3.4.Teori Kepemimpinan
|
11
|
3.5.KepemimpinanTransformasional
|
13
|
IV.
Penutup
|
14
|
Daftar Pustaka
|
I.
Pendahuluan
Kepemimpinan di era globalisasiakanmenghadapituntutan
yang semakinkompleks.
Kondisidemikianmenuntutkapabilitasdanketerampilanpemimpindalammengelolaperubahan.Pemimpin
era mendatangakanlebihbanyakmemilikikarakteristikantara lain: a) Tingkat
persepsidanwawasan yang luarbiasaterhadaprealitadunia; b) Tingkat motivasi yang
luarbiasa; c) Kekuatanemosional; d) Keterampilanbarudalammenganalisisasumsikultural,
mengidentifikasiasumsifungsionaldandisfungsional; e)
Kemauandankemampuanuntukmelibatkan orang lain sertamenarikpartisipasimereka;
dan f) Kemauandankemampuanuntukmembagikekuasaansertakontrol. Olehkarenaitu,
pemimpinpada era mendatangharusmenyadaribahwaperanannyaakanberubahsecaranyata.
Hal tersebutmengakibatkanimplikasi: a) fleksibilitas; b) pengalaman yang luas;
c) tanggungjawabseremonialatau spiritual menjadisuatufungsiyandiperlukan; dan
d) pembuatankeputusantidakdapatdibuatsecaraefektifterpusat di puncakorganisasi.
John W Work (2011: 139) mengasumsikanbahwapemimpinpada era
mendatangharusbersediamenerimalimatantangan fundamental, yaitu:
1.
Pemimpinharusmaumenjadilebihpekadanmemahamisemuaperbedaanetnis,
budaya, dan gender;
2.
Pemimpinharusmemilikivisiuntuktempatkerjanya;
3.
Pemimpinharusbersediamerancangdanmengimplementasikan
proses-proses komunikasi yang barudanberbeda;
4.
Pemimpinharusbersediamembawakomitmenpenuhdalamupayamendayagunakanpengikut
yang beragamsecaraefektif;
5.
Pemimpinharusmenjadipasakantaraorganisasidanmasyarakatluas.
Pimpinandankepemimpinan yang
diembannyamemilikifungsistrategis yang menentukankinerjaorganisasi.Pemimpin
yang melaksanakankepemimpinannyasecaraefektif, dapatmenggerakkan
orang/personilkearahtujuan yang dicita-citakan, akanmenjadianutandanteladan.
Sebaliknyapemimpin yang keberadaannyahanyasebagaifigurdantidakmemilikipengaruhsertakemampuankepemimpinan,
akanmengakibatkankinerjaorganisasimenjadilambat,
karenaiatidakmemilikikapabilitasdankecakapanuntukmenghasilkankinerjaterbaik.
II.
Pokok
Pembahasan
Pokok bahasan yang akan
dibahas antara lain:
1. PengertianPemimpindanKepemimpinan.
2. FungsidanMetodeKepemimpinan.
3. Tipe, Jenis, dan Gaya Kepemimpinan.
4. Teori
Kepemimpinan
5. KepemimpinanTransformasional.
III.
Pembahasan
1.
PengertianPemimpindanKepemimpinan
Konsep
“pemimpin” berasaldari kata asing “leader”dan
“kepemimpinan” dari “leadership”. Pemimpinadalah
orang yang paling berorientasihasil di dunia,
dankepastiandenganhasilinihanyapositifkalauseseorangmengetahuiapa yang
diinginkannya. Kartono (2011:140) menyatakanpemimpinadalahseorangpribadi yang
memilikisuperioritastertentu,
sehinggadiamemilikikewibawaandankekuasaanuntukmenggerakkan orang lain
melakukanusahabersamagunamencapaisasarantertentu.
Kepemimpinanatauleadership termasukkelompokilmuterapanatauapplied sciences dariilmu-ilmusosial,
sebabprinsip-prinsipdanrumusan-rumusannyabermanfaatdalammeningkatkankesejahteraanmanusia.
Robbins
(2011:140) dalambuku “Manajemen SDM”
menyatakankepemimpnanadalahkemampuanuntukmempengaruhikelompokmenujupencapaiansasaran.
Boone dan Kurtz (2011:140) mengemukakanbahwakepemimpinanadalahtindakanmemotivasi
orang lain ataumenyebabkan orang lain
melakukantugastertentudengantujuanuntukmencapaitujuanspesifik.
SedangkanVeithzalRivai (2011:140)
menyatakanKepemimpinanadalahperanandanjugasuatu proses untukmempengaruhi orang
lain.
Berdasarkanpenjelasantentangdefinisikepemimpinan
di atasdapatditarikbeberapakesimpulan, yaitubahwa:
1. Kepemimpinanmeliputipenggunaanpengaruhdanbahwasemuahubungandapatmelibatkanpimpinan.
2. Kepemimpinanmencakuppentingnya proses komunikasi.
Kejelasandankeakuratandarikomunikasimempengaruhiperilakudankinerjapengikutnya.
3. Kepemimpinanmemfokuskanpadatuuanyagdicapai. Pemimpin yang
efektifharusberhubungandengantujuan-tujuanindividu, kelompok, danorganisasi.
2.
FungsidanMetodeKepemimpinan
Agar kelompok
berjalan dengan efektif seseorang harus
melaksanakan dua fungsi utama: (1) Fungsiyang
berhubungan dengan tugas (task-related) atau pemecahan masalah, dan (2) Fungsi
pemeliharaan kolompok (group-maintenance) atau sosial. Fungsi pertama
menyangkut pemberian saran penyelesaiaan, informasi dan pendapat. Fungsi kedua berhubungandengankepuasanemosi yang
diperlukanuntukmengembangkandanmemeliharakelompok,
masyarakatatauuntukkeberadaanorganisasi.
OrdweayTead
(2011:150) mengemukakan 7 metodekepemimpinan yang
telahmempengaruhitindakan-tindakansetiappemimpin yang sukses, yaitu:
1. Memberiperintah.
2. Memberikancelaandanpujian.
3. Memupuktingkahlakupribadi yang benar.
4. Pekaterhadap saran-saran.
5. Memperkuat rasa kesatuankelompok.
6. Mengembangkan rasa tanggungjawab di kalanganmasyarakat.
7. Membuatkeputusan yang bernilaidantepatpadawaktunya.
3.
Tipe, Jenis, dan Gaya Kepemimpinan
G.R.
Terry mengemukakantentangtipe-tipekepemimpinansebagaiberikut:
1. Tipe Kepemimpinan
Kharismatis
2. Tipe Kepemimpinan
Paternalistis/Maternalistik
3. Tipe Kepemimpinan
Militeristik
4. Tipe
KepemimpinanOtokratis (Outhoritative, Dominator)
5. Tipe Kepemimpinan
Laissez Faire
6. Tipe Kepemimpinan
Populistis
7. Tipe Kepemimpinan
Administratif/Eksekutif
8. Tipe Kepemimpinan
Demokratis
Berbagaimacamjeniskepemimpinan:
1. Kepemimpinan
Tradisional
Kepemimpinan
tradisional mencerminkan gaya kepemimpinan yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kepatuhan dan loyalitas, mengedepankan kepentingan orang lain (masyarakat)
serta nilai toleransi yang tinggi, serta memberikan contoh yang baik kepada
yang dipimpinnya dengan mengutamakan nilai-nilai moral di dalam masyarakat
serta memberikan perlindungan kepada masyarakatnya. Akan tetapi, tipe ini
mencerminkan proses penguasaan. Terlepas dari hal ini tipe kepemimpinan ini
lebih mengutamakan aspek moral karena aspek moral sangat menentukan berjayanya
dan tidak berjayanya seorang pemimpin, karena moral merupakan landasan dan kriteria
utama dari masyarakat, maka tidak diragukan lagi bahwa proses kepemimpinan ini
mendapat simpati dari masyarakatnya. Tipe pemimpin seperti ini harus rela
mengorbankan harta bahkan jiwanya untuk kepentingan masyarakat. Tipe pemimpin
harus bertindak sebijaksana mungkin dalam rangka mengayomi, menuntun, dan
mensejahterakan seluruh masyarakatnya. Jika ada rakyatnya kesulitan, maka
seorang pemimpin harus menolongnya. Selain itu pemimpin yang tidak mempunyai
kualitas seperti ini dianggap sebagai pemimpin yang tak layak untuk memimpin.
Namun,
dalam proses pemilihan pemimpin tradisional menggunakan prinsip pewarisan
kepemimpinan yang didasarkan pada stratifikasi sosial tetapi bukan berarti
bahwa semua keturunan bangsawan secara otomatis akan menjadi seorang pemimpin,
akan tetapi orang yang mengetahui segala seluk beluk atau tata cara menjadi
seorang pemimpin dan ketentuan-ketentuan dalam masyarakat, sehingga orang yang
akan menjadi pemimpin memiliki proses belajar yang panjang. Proses pengangkatan
pemimpin mengutamakan musyawarah dan mufakat. Konsep kepemimpinan yang seperti
ini cukup ideal untuk diterapkan dalam sistem yang modern saat ini yang
mengalami krisis moralitas yang hanya mengejar tingkat prestise dan status di
masyarakat sebagai orang yang berkuasa.
2. Kepemimpinan
Kharismatik
Karakteristik yang khas dari tipe
ini adalah daya tariknya yang memang mengikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya setiap pemimpin
yang kharismatik adalah orang yang dikagumi oleh banyak pengikut dan munculnya
tipe kharismatik bukan karena penampilan fisik, usia, kaya atau miskin, tetapi
karena pada diri pemimpin tersebut memiliki kekuatan ajaib yang tidak mungkin
dapat dijelaskan secara ilmiah.
Sedangkan ciri-ciri pemimpin yang
kharismatik menurut Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai
daya tarik yang sangat besar.
b.
Pengikut tidak mampu menjelaskan
mangapa mereka tertarik mengikuti dan mentaatinya.
c.
Pemimpin seolah-olah mempunyai
kekuatan gaib (super natural power).
d. Kharisma
yang dimiliki tidak tergantung pada umur, kekayaan, dan ketampanan sipemimpin.
Seorang
pemimpin yang berkharisma memiliki kekuatan yang besar, rasa percaya diri yang
tinggi, serta pendirian yang kuat. Sebuah tujuan yang besar memotivasi pemimpin
untuk berusaha mempengaruhi bawahannya. Seorang pemimipin yang tidak memiliki
sifat-sifat diatas akan sangat sulit untuk mempengaruhi bawahanya.
Para
pemimpin yang berkharisma sering menjaga perilakunnya didepan para bawahannya
agar dirinya terkesan berkompeten dibidangnya. Seorang pemimpin yang berkharisma
pandai dalam menyuarakan idiologinya yang berhubungan dengan tujuan organisasi,
sehingga dapat menciptakan aspirasi bersama yang diakomodasikan terhadap
bawahan. Pemimpin yang berkharismatik suka memberikan contoh –contoh perilaku
yang baik agar ditiru oleh para bawahanya.
3. Kepemimpinan
Rasional
Yaitu kepemimpinan yang didapat melalui tata cara dan aturan rasional
yang disusun untuk menyaring seorang pemimpin. Masyarakat yang telah
menyusun aturan rasional dalam menentukan seorang pemimpin biasanya tidak
memandang seseorang berdasarkan keturunan atau karakternya. Mereka
menetapkan kriteria atau persyaratan, dan ditetapkan melalui musayawarah atau
pemilihan.
Seorang pemimpin kharismatik bisa saja lahir dari tipe yang ketiga ini.
Seseorang yang tidak begitu dikenal, namun karena terpilih dan mampu menunjukkan
karakter dan kemampuan yang luarbiasa, ia bisa berubah menjadi pemimpin
kharismatik.
Masyarakat modern tidak lagi memerlukan pemimpin yang berkharisma
atau dari keluarga tertentu. Yang diperlukan oleh masyarakat modern
adalah kontrak dan kesepakatan. Selagi seseorang mampu dan berjanji akan
melaksanakan aturan dan kesepakatan-kesepatan yang telah disusun para
pemilihnya, maka orang tersebut pun diangkat menjadi pemimpin.
4.
Kepemimpinan Otoriter
Kata
otoriter dapat diartikan sebagai tindakan menurut kemauan sendiri, setiap
produk pemikiran dipandang benar, keras kepala, atau rasa “aku” yang
penerimaannya pada khalayak bersifat dipaksakan. Ketika perilaku atau sikap itu
ditampilkan oleh pimpinan, lahirlah yang disebut dengan kepemimpinan otokratik
atau kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan otokratik bertolak dari anggapan bahwa
pimpinanlah yang memiliki tanggung jawab poenuh terhadap organisasi. Pemimpin
otokratik berasumsi bahwa maju-mundurnya organisasi hanya tergantung kepada
dirinya. Dia bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib, dan tidak boleh
dibantah. Sikapnya senantiasa mau menang sendiri, tertutup terhadap ide dari
luar, dan hanya idenya yang dianggap akurat. Pimpinan otokratik memiliki ciri
antara lain:
1) Beban kerja
organisasi pada umumnya ditanggung oleh pimpinan.
2) Bawahan
hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh memberikan ide-ide
baru.
3) Bekerja
keras, disiplin tinggi, dan tidak kenal lelah.
4) Menentukan
kebijakan sendiri dan kalaupun bermusyawarah sifatnya hanya penawaran saja.
5) Memiliki
kepercayaan rendah terhadap bawahan dan kalaupun kepercayaan diberikan, di
dalam dirinya penuh ketidakpercayaan.
6) Komunikasi
dilakukan secara tertutup dan satu arah.
7) Korektif dan
minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.
Kelebihan tipe kepemimpinan
otoriter:
1) Seorang
pemimpin otoriter biasanya bersifat pekerja keras dan memiliki disiplin tinggi.
2) Penentuan
keputusan lebih cepat karena tidak menggunakan musyawarah atau diskusi.
Kekurangan tipe kepemimpinan otoriter:
1) Bawahan
tidak memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau ide-ide baru.
2) Kurangnya
komunikasi antara pimpinan dan bawahan.
3) Bawahan
kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
5.
Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif.
Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat
bekerja sama, mengutamakan mutu kerja, dan dapat mengarahkan diri sendiri.
Gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung
mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan
kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode
kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu
kesempatan untuk melatih karyawan. Jerris menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan
kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan
banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis:
1)
Semua kebijaksanaan terjadi pada
kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari
pemimpin.
2)
Kegiatan-kegiatan didiskusikan,
langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan
petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif
prosedur yang dapat dipilih.
3)
Para anggota bebas bekerja dengan
siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
6.
Kepemimpinan Terbaik-Tunggal (one-best leadership style)
Berdasarkan pada asumsi tentang sifat pengaruh. Dari sudut
pandang gaya terbaik-tunggal, dikemukakan bahwa orientasi dan keahlian orang
yang mempengaruhi menghasilkan perbedaan.
Macam-macamgayakepemimpinanmenurut House (Suwatno 2011:158) antara lain:
1. KepemimpinanDirektif: membuatbawahantahuapa yang diharapkanpimpinan, dan
member bimbingankhususbagaimanamenyelesaikantugas.
2. Kepemimpinanyang Mendukung: bersifatramahdanmenunjukkankepedulianakankebutuhanbawahan.
3. KepemimpinanPartisipatif:
pemimpinberkonsultasidenganbawahandanmenggunakan saran
merekasebelummengambilsuatukeputusan.
4. KepemimpinanberorientasiPrestasi: menetapkantujuan yang
menantangdanmengharapkanbawahanuntukberprestasipadatingkattertinggikemampuanmereka.
4.
Teori Kepemimpinan
A.
Teori Kepemimpinan Sifat (Trait
Theory)
Teori sifat
berkembang pertama kali di Yunani
Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the greatma theory”
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the greatma theory”
Dalam
perkemabangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi
yang berpandangan bahwa sifat–sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat–sifat itu antara lain: sifat fisik, mental, dan kepribadian.
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat–sifat itu antara lain: sifat fisik, mental, dan kepribadian.
B.
Teori Kepemimpinan Perilaku dan
Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecenderungan kearah dua hal :
Pertama yang
disebut Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan
akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela
bawahan, memberi masukan kepada bawahan, dan bersedia bekonsultasi dengan
bawahan.
Kedua
disebut struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi
dalam pelaksanaan tugas, kapan,
bagaimana pekerjaan dilakukan,
dan hasil apa yang akan dicapai. Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin
yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi
kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.
Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel. Sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel. Sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
C.
Teori Kontingensi
Mulai berkembang th 1962, teori ini
menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum, sistem
tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem
organik (sebagai lawan sistem mekanistik). Pada sistem ini mempunyai beberapa
ciri:
a) Substansinya
adalah manusia bukan tugas.
b)
Kurang menekankan hirarki.
c)
Struktur saling berhubungan,
fleksibel, dalam bentuk kelompok.
d)
Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan
dan norma.
e)
Pengendalian diri sendiri,
penyesuaian bersama.
D.
Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah satu
aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,
dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar. Beberapa tokohnya, antara
lain:
a) Maslow
Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar
yaitu physical needs, security needs, social needs, esteem needs, self actualization
needs. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan suatu keinginan untuk memenuhinya.
Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya agar
timbul kepuasan.
b) Douglas Mc
Gregor (1906-1964)
Teori X dan teori Y
Teori X melihat karyawan dari segi
pessimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerja dan mengektifkan penggunaan rewards& punishment untuk meningkatkan
produktivitas karyawan. Teori Y melihat karyawan dari segi optimistik, manajer
perlu melakukan pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk
berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, dan mendorong kinerja.
E.
Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada
prinsip kemanusiaan. Teori humanistik biasanya dicirikan dengan adanya suasana
saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori Humanistik dengan para pelopor
Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini
secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated organism”.
Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari
kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk
merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu
yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori
Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu; (1) Kepemimpinan yang sesuai
dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan, dan
kemampuan-nya, (2) Organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan
dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan,
dan (3) Interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk
menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blanchard,
Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda
lakukan terhadap orang lain,
melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain.
5.
KepemimpinanTransformasional
Kepemimpinantransformasionaldibangundaridua
kata, yaitukepemimpinan (leadership)
dantransformasional (transformational).Pemimpintransformasionalsesungguhnyamerupakanagenperubahan,
karenamemangeratkaitannyadengantransformasi yang
terjadidalamsuatuorganisasi.Seorangpemimpintransformasionalmemilikivisi yang
jelas, memilikigambaranholistiktentangbagaimanaorganisasidimasadepanketikasemuatujuandansasarannyatelahtercapai
(Suwatno, 2011:159)
Bass
danAvolio (2011) mengusulkanempatdimensidalamkadarkepemimpinanseseorangdengankonsep
“4I”, yang artinya:
1. Idealized influence: perilaku yang menghasilkan rasa hormatdan rasa percaadiridari
orang-orang yang dipimpinnya.
2. Inspirational motivation: perilaku yang senantiasamenyediakantantangandanmaknaataspekerjaan
orang-orang yang dipimpin.
3. Intellectual simulation: pemimpin yang mendemonstrasikantipekepemimpinansenantiasamenggali
ide-ide barudansolusi yang kreatifdari orang-orang yang dipimpinnya.
4. Individualized consideration: pemimpin yang selalumendengarkandenganpenuhperhatian, danmemberikanperhatiankhususkepadakebutuhanprestasi.
IV.
Penutup
Pemimpin yang berhasil di era globalisasiadalah yang mempunyaivisi,
keberanian,
sertakerendahanhatiuntukterusmenerusbelajardanmengasahkecakapandanemosinya.Kepemimpinanvisioner
(visionary leadership) adalahkemampuanpemimpinuntukmencetuskan
idea tau gagasansuatuvisiselanjutnyamelalui dialog yang kritisdengan unsure
pimpinanlainnyamerumuskanmasadepanorganisasi yang dicita-citakan yang
harusdicapaimelaluikomitmensemuaanggotaorganisasimelalui proses sosialisasi,
transformasi, implementasigagasan-gagasan ideal olehpemimpinorganisasi.
Setelahvisiteridentifikasidanditentukan, makapemimpinharusmampumemperagakanvisi
agar diterimaolehanggotadandapatdilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Suwatno
(2011), Manajemen SDM dalamOrganisasiPublikdanBisnis.
Bandung:
ALFABETA
Hoiriyah,
Nikmatul (2011),
Kepemimpinan. Bangkalan
Diakses pada
tanggal 11 Mei 2013
Diakses
pada tanggal 11 Mei 2013
(http://abudswit.blogspot.com/2012/01/tipe-kepemimpinan-kharismatik.html)
Diakses pada tanggal 11
Mei 2013
Diakses pada tanggal 11
Mei 2013
Diakses pada tanggal 11
Mei 2013
Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
Diakses pada
tanggal 11 Mei 2013